Belajar selezat coklat? Mana mungkin! Pasti tidak ada, atau bahkan jarang orang yang berpikir seperti itu. Jelas, yang terbayang mengenai belajar adalah membaca, berlatih soal, dan sederet kegiatan yang menyebalkan, atau bahkan memuakkan? Tetapi kadang belajar menjadi suatu rutinitas yang harus dijalani karena memang kewajiban. Buku ini mencoba memaparkan betapa sebenarnya belajar itu bisa menjadi selezat memakan coklat yang selalu membuat ketagihan...
Buku yang dibuat oleh lulusan mahasiswa fakultas Psikologi ini, Fatan dan Dinda, menjelaskan dengan lancar dan jelas mengenai cara-cara belajar agar membuat orang ketagihan. Dalam buku ini terbagi atas enam bagian. Tetapi secara garis besar terdiri dari 3 bab, masing-masing dibagi lagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama menerangkan tentang mencintai belajar. Pada intinya pembaca diajak untuk mencintai sesuatu agar lebih menikmati mengerjakan hal itu. Pembaca dikenalkan dengan belajar dan iming-iming yang mengatakan bahwa belajar itu memang benar-benar membuat ketagihan. Selanjutnya diperlihatkan bahwa belajar itu bisa membantu meraih mimpi.
Pada bagian berikutnya, dipaparkan persiapan belajar, serta memantapkan diri agar semangat belajar. Seseorang mau melakukan sesuatu hal juga harus ada ilmunya. Halangan-halangan belajar yang sudah pasti ada dijelaskan beserta cara mengatasinya, ditambah tips-tips belajar efektif. Misalnya mengenai tempat belajar yang nyaman atau waktu-waktu belajar yang efektif. Ternyata belajar yang diawali dengan wudhu dan tilawah dapat lebih meningkatkan konsentrasi.
Untuk bab terakhir, membicarakan mengenai belajar itu sendiri. Dimulai mengenai sedikit cerita tentang guru. Guru adalah sumber ilmu selain buku. Selain masalah guru, belajar perlu juga menentukan prioritas. Kadangkala belajar memang bertabrakan waktu dengan kepentingan atau keinginan lain. Di sinilah pembaca disadarkan betapa pentingnya menentukan prioritas. Belajar sudah seharusnya tidak dilakukan musiman. Tetapi harus tetap istiqomah menjaga semangat dan terus menerus belajar. Lembar-lembar terakhir diberi sebuah kisah motivasi, juga kata-kata mutiara yang tentunya juga membuat semangat belajar.
Buku ini dikemas dengan gaya bahasa khas remaja dengan harapan mudah dipahami. Bahasa yang digunakan umumnya bahasa lisan dibumbui istilah atau singkatan kata yang aneh-aneh. Isitlah-istilah ini memang tidak semua orang bisa paham. Tetapi, penulis mencantumkan arti yang dimaksud pada halaman glosarium. Selain itu, banyak sekali kalimat atau kata yang barusan ditulis ditambahi dengan ungkapan atau komentar. Bisa berupa kalimat celotehan penulis yang seolah bisa mengetahui isi pikiran para pembacanya lalu menimpalinya. Selain gaya bahasa yang khas remaja, desain buku ini dibuat sangat remaja. Covernya penuh warna-warni, walaupun warna dasar tetap putih. Di bagian dalam pun penuh dengan desain-desain apik yang memenuhi hampir setengah buku. Bisa satu halaman berisi setengah gambar, atau bahkan tiga perempat gambar baru selebihnya tulisan.
Kekurangan dapat menjadi kelebihan. Begitupun sebaliknya. Gaya bahasa yang penuh komentar dan terkadang panjang, membuat pembaca tidak fokus untuk memahami isi bacaan. Bahkan komentar lebih panjang daripada inti kalimat yang ingin disampaikan, sehingga malah mengganggu. Mengenai lay-out dan desain yang banyak gambar membuat mata merasa lelah. Gambar-gambar yang penuh, sekalipun desainnya apik, terkesan tidak ditata rapi dan terlihat berantakan. Akibatnya, mata tidak betah melihat terlalu lama.
Buku ini tidak disarankan bagi orang yang jarang membaca. Sebab bila tidak ada niat sungguh-sungguh dan paksaan dari dalam, berat rasanya membaca buku ini. Sebetulnya bukan apa-apa, tetapi karena bahasanya terlalu banyak ungkapan dan gambar-gambar yang menyesakkan mata membuat malas melanjutkan membaca buku ini.
Alhasil, di balik kekurangannya, buku ini bagus secara keseluruhan. Sangat inspirasional dan memotivasi. Buku mengenai belajar tentu cocok dibaca oleh siapapun, meskipun target utamanya remaja. Sehingga kiranya buku ini memang perlu dibaca agar para remaja lepas dari penyakit malas belajar.